IGMTVnews.com —– Tim Pemberdayaan Kemitraan kepada Masyarakat (PKM) Universitas Indo Global Mandiri (UIGM) meluncurkan program inovatif di Kampung Sulam Angkinan, Kelurahan Sungai Lais, Kecamatan Kalidoni.
Berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktsaintek) melalui Program BIMA Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat, inisiatif ini bertujuan mengangkat kerajinan sulam angkinan menuju sentra industri berkelanjutan dengan fokus pada pewarna alam. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian masyarakat pengrajin.
Ketua Tim (PKM) UIGM, Dr. Doris Febriyanti M.Si, menjelaskan pentingnya kolaborasi ini. Ia mengatakan bahwa pihaknya melihat potensi besar pada Kampung Sulam Angkinan yang memiliki sejarah panjang. “Kampung Sulam Angkinan ini adalah permata budaya Palembang yang perlu terus bersinar. Kami yakin, dengan sentuhan pemberdayaan berbasis masyarakat, potensi luar biasa kerajinan sulam dapat dimaksimalkan menuju kesejahteraan,” tegas Dr. Doris.
Dr. Doris juga menggarisbawahi beberapa tantangan yang dihadapi kelompok pengrajin, mulai dari keterbatasan sumber daya hingga kurangnya akses teknologi dan informasi. Permasalahan regenerasi juga menjadi perhatian serius, di mana sebagian besar pelaku usaha saat ini adalah generasi tua. “Kami menemukan bahwa kendala yang dihadapi para pengrajin cukup kompleks, terutama dalam hal akses dana, pelatihan, hingga pengetahuan tentang digital marketing. Regenerasi juga menjadi aspek krusial yang perlu segera diatasi agar warisan ini tetap lestari,” paparnya.
Salah satu inovasi utama dalam program ini adalah pemanfaatan pewarna alam. Dr. Doris menuturkan bahwa ini tidak hanya menambah varian produk tetapi juga nilai tambah ramah lingkungan. “Pemanfaatan kulit manggis, secang, atau kayu tinggi sebagai pewarna alami tidak hanya memperkaya khazanah produk, tetapi juga menciptakan nilai tambah produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” jelasnya.
Program PKM ini tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat mitra. Dr. Doris menyebut, ini juga selaras dengan indikator kinerja utama perguruan tinggi. “Kegiatan ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman langsung di luar kampus, sementara dosen dapat berkontribusi nyata, memastikan hasil riset kami dimanfaatkan langsung oleh masyarakat Kampung Sulam Angkinan,” ungkap Dr. Doris.
Luaran yang diharapkan dari program ini sangat beragam. Ia optimis pelatihan ini akan menghasilkan peningkatan keterampilan dalam pengelolaan pewarna alami, penguatan branding, pengembangan kemasan menarik, optimalisasi pemasaran digital, hingga peningkatan tata kelola kelembagaan dan manajemen keuangan usaha. “Tujuan kami adalah memberdayakan perempuan dan masyarakat produktif, meningkatkan kapasitas kewirausahaan, mendorong pemasaran digital, dan pada akhirnya, menciptakan kelompok usaha yang mandiri dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Kampung Sunan Ayu Apriyunah menyambut baik program pemberdayaan ini. Pihaknya sangat antusias dengan upaya yang dilakukan UIGM untuk mengembangkan potensi kerajinan sulam di wilayahnya. Kolaborasi ini diharapkan dapat membawa dampak positif jangka panjang bagi kesejahteraan dan kelestarian warisan budaya Kampung Sulam Angkinan, menjadikannya sentra industri yang terus berkembang dan dikenal luas (andhiko ta)